HEAT EXCHANGER REPAIR
Tuesday, June 16, 2020
Thursday, September 29, 2016
Thursday, September 22, 2016
HEAT EXCHANGER REPAIR
Overhaul Heat Exchanger :
1. Partial Retube & Total Retube
2. Expansion Joints Tube To Tube Sheet
1. Torque Tightening
2. Tension Tightening
Overhaul Heat Exchanger :
1. Partial Retube & Total Retube
2. Expansion Joints Tube To Tube Sheet
BOLTING SERVICES
1. Torque Tightening
2. Tension Tightening
Krais Tube Expander
Head Office :
Komplek
Pondok Cilegon Indah
Blok D-46 No.23 Cibeber Kota Cilegon 42423 - Banten, Indonesia
Phone / Fax
: +62-254 398174 E-mail : he_repair@yahoo.com
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TUBE EXPANDING
Tube Expanding :
Tube expanding adalah sebuah
proses deformasi yang dikerjakan dalam keadaan ‘dingin’, untuk mendapatkan
kerapatan antara tube dengan lubang tube pada tubesheet. Dimana tube telah
mencapai ‘plastic’ sedangkan tube sheet
masih dalam tahap ‘elastis’.
Tujuan :
Untuk memperoleh sebuah
sambungan yang kencang / rapat sehingga mencegah kebocoran dan tidak lepas dari
dudukan, sambil meminimalkan stress corrosion serta retak ( crack ) secara
axial pada zona transisi dibelakang tubesheet.
Cara-cara yang dipakai dalam tube expanding :
Mekanikal rolling –
pengembangan secara hidrolik atau dengan ledakan terkontrol dalam tube.
Parameters :
Sesuai dengan buku Inspeksi
Teknik ( Buku 4 ) oleh Sri Widarto, untuk para manufaktur. Topic yang selalu
didiskusikan mengenai beberapa persen pembesaran tube i.d setelah dikembangkan
/ expand. Dari terori yang ada adalah berdasarkan pengalaman perorangan, dan
nilai ini belum pernah ditentukan.
TEMA-pun dalam hal ini hanya
menyinggung rolling dilaksanakan sesuai dengan standar, tetapi tidak pernah
menyebutkan standar apa………?. TEMA hanya menyinggung beberapa parameter antara
lain : surface roughness dari lubang, grooves / parit yang ada di tubesheet,
toleransi antara lubang pada tubesheet ( holes tubesheet ) dan tube o.d ( fit
).
Dilihat dari toleransi yang
diperbolehkan antara lubang pada tubesheet dan tube o.d ini, menyulitkan untuk
memastikan beberapa banyak penipisan ketebalan dinding tube ( wall reduction
percentage ) dalam proses pengerollan tube. Dan ini sering mengakibatkan
kekencangan joint yang kurang konsisten.
Catatan :
Sudah terbiasa untuk
menerapkan toleransi pengerollan pada TEMA-Standards untuk lubang-lubang yang
memerlukan ‘close fit’ yang khusus pada feedwater heaters dan surface
condensers.
Contoh : Untuk tube dengan o.d 19.05 ~ 19.10 mm. Maka lubang pada tubesheet
sebesar 19.25 mm atau ± 0.05 untuk 96% dari jumlah tube.
1. Sehingga
ditarik kesimpulan toleransi over size 0.25 mm untuk sisa 4 %-nya.
2. Proses
pengerjaan hole tubesheet step by step-nya harus diperhatikan.
3. Proses
pengadaan tube-tube standard non standard
Toleransi untuk pabrik pembuat tube :
Contoh : Titanium tubes yang
dibuat sesuai ASME specification SB-338 ukuran dibawah 25.4 mm, akan ada
perbedaan pada o.d sebesar ±0.102 mm
dari ukuran yang diminta, serta ±10% dari ketebalan dinding tube ( wall tube
thickness ) yang diminta.
Teori / perhitungan
berdasarkan pengalaman perorangan dan pabrik pembuat alat pengembangan tube
(tube expander) mengenai i.d final yang akan dicapai setelah proses rolling :
Asumsi dari pabrik-pabrik pembuat Tube Expander :
Dapat dilihat dalam catalog sesuai brand tube
expander.
Tehnical Inpection Book ( Book 4 ) oleh Sri Widharto :
Secara umum : 10 % wall thickness redaction.
Jadi apabila dilihat dari beberapa
usulan diatas yang diberikan oleh para pembuat alat expansion, untuk
mendapatkan suatu sambungan yang ‘baik’, teori tersebut bukanlah suatu rumus
pasti untuk penipisan ketebalan dinding tube dengan bahan yang sama, tetapi
lebih berdasarkan catatan pengalaman dari hasil pekerjaan-pekerjaan yang telah
dilakukan dan dummy ( percobaan sebelum pelaksanaan pekerjaan ) menjadi tahap
yang sangat penting sebelum pekerjaan dimulai.
Dari beberapa teori / perhitungan tersebut diatas dapat ditarik
kesimpulan :
Assumsi Expansion I.
Final Tube i.d = Tube i.d + ( Hs – o.d )+[ 2 x wall tube
thickness x ( reduction 2 ~ 12% )]
Hs – Hole
Tubesheet
Assumsi Expansion II.
Final Tube i.d =
Hole Tube Sheet – ( 2 x wall tube thickness x reduction ……….…. % )
Note :
Wall thickness reduction 2 ~
12 %
Penulisan persentasi masukan
reduction/100, contoh 6 % = 0,94
Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan pada saat pemakaian alat dengan methoda mechanical rolling
untuk mengembangkan tube sebagai berikut :
Hasi pekerjaan
|
Keterangan ( akibatnya )
|
Under roll ( kurang hasilnya
).
|
Tube harus diroll ulang,
sangat rentan bocor, menghabiskan waktu dalam proses pengerjaan, dan selalu
akan membawa dampak terhadap ligament.
Penyebab : tools number
under size – final i.d tidak tercapai, part tools aus
|
Over roll ( terlalu banyak
roll-nya ).
|
Tube harus dicabut dan
diganti dengan yang baru sehingga perlu waktu tambahan dan bisa mengakibatkan
reaksi-reaksi terhapat ligament. Disamping itu dapat mengakibatkan lubang (
hole tubesheet ‘opal’) dan distorsi pada tubesheet, drums.
Penyebab : torque drive tidak terkontrol, tools
number expansion range maximum melebihi tube o.d
|
Flaking.
|
Higth Comsumption of Tools.
Pengelupasan pada dinding
tube, dimana structur material tube tidak sama ( dalam proses produsi tube ),
dan tube dengan dinding tebal.
|
Tube menjadi ‘keras’.
|
Akan sulit dalam proses roll
ulang, dimana mengakibatkan axial stress pada zona transisi dan rentan
terjadi retakan ( crack ) pada lingkaran tube. Secara mekanis proses
pengerollan terjadi panas pada tools dan tube (terjadi proses hardener ).
|
Tubesheet tebal -----à
harus step rolling.
|
Perlu waktu yang panjang
dalam pekerjaannya dan sulit untuk menjaga overlap yang baik serta pembesaran
yang tidak sama antara roll step I, step II, dan step III dst.
|
Tube dengan dinding tipis.
|
Mudah terjadi overolling
pada tube dan tubesheet.
|
Tube dengan dinding tebal.
|
Akan terjadi ‘spring back
effect’ dan juga bisa flaking.
|
Tidak mudah control parts
yang aus.
|
Mengakibatkan under roll
|
Susah mengontrol jarak tube
keluar (protrusion).
|
Akan mendorong tube kembali
dan mudah mengakibatkan crevice corrosion dibelakang tubesheet.
|
Bukan suatu proses yang
axisymmetric.
|
Ketebalan tube bisa jadi
tidak merata setelah di kembangkan.
|
Tube melintir.
|
Menciptakan stress area pada
transition zona dan juga bahaya bagi pekerja.
|
Batas-batas dari pengembangan tube
Hydro-expansion akan
berdasarkan perhitungan dengan program khusus, yang dapat menghitung batas
expansi berdasarkan parameter yang terkait dengan deformasi maksimum yang akan
diterapkan terhadap tube – tube sheet
setelah pengembangan tube.
Hydraulic Expansion
Tekanan diterapkan kedalam
tube untuk mengembangkan tube dengan lubang, dan menciptakan sebuah
interference fit setelah tekanannya dilepas.
Tekanan untuk expand
Tekanan yang ideal secara
teori ditentukan terlebih dahulu dari rumus dan table yang berdasarkan kurva
yang dipublikasikan di ‘Hydro Expanding’ The Current State of Art, yang
disampaikan pada Joint Power General Conference pada Oktober 1982.
Kurva itu diambil dari
Goodier, J.N & Schoessow, G.J ‘The Holding Power and Hydraulic Tightness of
Expanded Tube Joint’ – Analysis of the stress and deformation’. Trans ASME July 1943
Pembentukan penyambungan dengan rolling ( joint formation )
Expander mechanical dimasukan
kedalam tube, dan dengan setiap putaran dari mandrel, dinding tube akan
di-‘roll’ tipis antara roller dan dinding lubang dimana proses ini sebenarnya
adalah menambah pampang luas dinding tube dan sekaligus memekarkan lungkaran
tube (pembesaran diameter i.d tube).
Dalam proses ini, tebal tube
jadi tidak merata dan akan tercipta
tegangan extra, baik terhadap tube maupun tubesheet. Proses ini memungkinkan terciptanya
sebuah final i.d tube yang tidak bulat (oval) atau bergelombang.
Perubahan mekanispun akan
terjadi pada dinding tube yang di-’roll’ menimbulkan panas, secara tidak
langsung terjadi proses hardening yang berakibat perubahan structure material
tube diarea rolled zone dan transition zone.
Crevice corrosion.
Kebocoran sering terjadi
karena sambungan tube dan tubesheet yang tidak baik, akan timbul korosi. Korosi
umumnya terjadi di dua tempat, satu adalah crevice corrosion yang diakibatkan
pengembangan yang kurang sepanjang ketebalan pada tubesheet, dan stress
corrosion yang tercipta pada sambungan antara bagian transisi dinding tube yang
belum dikembangkan dan yang sudah dikembangkan ( transition zone ).
Disamping itu methoda
mechanical rolling adalah sebuah proses ‘menarik tipis’ dinding tube pada saat
rolling, proses ini juga akan menciptakan area stress akan korosi yang bertumpu
pada area antara bagian tube yang belum dikembangkan dan yang sudah
dikembangkan (transition zone) dikarenakan terjadinya puntiran pada grain
metal.
Akan tetapi Hydro-Expansion
yang dapat bekerja secara Axisymmertrically yang dapat meminimalkan stress
(residual stress), sebab material tube tidak dipuntir, sehingga mengurangi
resiko stress corrosion pada zona transisi tersebut.
Data Sheet :
Tube Material :
…………..……………………… type : seamless / welded drawn.
Tube Dimensi* : ……………….…..o.d, ……….….…..i.d, …..…………thickness.
*Mohon dilampirkan copy mill certificate test
tube.
Apakah tube akan dilas pada tubesheet : ...ya / tidak……………….......................................
Tube Sheet Material :
………………………Grade………………………………..
Wall Thickness :
…………………….. ada groove …..ya / tidak, q’ty……………...
Hole tube sheet diameter : ………………………..
ber-champer …ya / tidak……………….
: degree of champer……………… depth of the champer…………
Ligament : ………………………… pitch hole
………………………………
Expansion zone :
……………………………………. lihat wall tubesheet thickness.
Catatan untuk tube material Duplex SS or Titanium :
Methoda Hydro Expansion System
Jika material tube titanium
atau alloy sejenisnya memiliki sifat material yang keras dan mudah retak
(crack). Untuk itu, sebelum dilakukan expansion, sebaiknya diketahui dahulu
spesifikasi dari tube-nya sendiri. Antara lain : Minimum Tensile Strength dan Minimum
Yield Strength dari Mill Certificate ( tube mill report ).
Pengetahuan atas sifat
tube-nya sendiri adalah untuk menentukan tekanan yang cukup untuk membuat bagian
tube yang didorong melewati tahap “plastic”-nya akan tetapi pada sisi yang lain
mempertahankan ligament-ligament berada dalam batas elastis-nya.
Dalam proses tube expansion
system, tube-tube yang telah diexpand akan melalui proses “spring back”, atau
ciut kembali, dan proses ini sangat berbeda antara tube yang berlainan
material.
Oleh sebab proses hydraulic
expansion bukan menipiskan dinding tube, akan tetapi dengan mendorong dinding
tube untuk “duduk” pada lobang di tubesheet, maka cara hydraulic expansion
adalah cara yang dianggap lebih ideal untuk pengembangan tube yang terbuat dari
titanium atau bahan sejenisnya.
Tube-tube titanium dalam
proses mengembangkan tube, disamping mudah retak (crack ), proses “spring back-nya pun adalah
salah satu yang paling parah, dimana sering tercatat proses relaksasi ini
mencapai efek spring back sebanyak 0.004 Inchi ( >0.1mm ). Setelah alat
expansi ditarik dari dalam tube yang sudah diexpand.
Selain dari mengatasi
kekerasan bahan titanium pada saat mengembangkan tube, proses hydraulic
expansion juga tidak secara mekanis mengeraskan tube ( secara tidak langsung
terjadi pemanasan area dinding tube ) yang diexpand, sebab tidak melalui proses
penggilingan dinding tube.
Maka dengan itu, tube hanya
didorong (deflect) untuk menghindari tahap “spring back” tersebut, dimana
efek-efek samping ini sering mengakibatkan gangguan dan kerusakan dalam
pengerjaan.
Methoda Mechanical Expansion System
Methoda mechanical rolling
adalah sebuah proses ‘menarik tipis’ dinding tube pada saat rolling, proses ini
juga akan menciptakan area stress akan korosi yang bertumpu pada area antara
bagian tube yang belum dikembangkan dan yang sudah dikembangkan (transition
zone) dikarenakan terjadinya puntiran pada grain metal. Sudah pasti terjadi
stress ( residual stress ), sebab material tube dipuntir, sehingga resiko
stress corrosion pada zona transisi tersebut cukup tinggi.
Tubesheet yang tebal, dalam
pengerjaan dilakukan proses step expand secara bertahap, dalam step expand yang
dilakukan kita tidak dapat mengontrol tingkat keausan alat ( tube expander ).
Sehingga memungkinkan
terjadinya gelombang pada permukaan tube ( area expansion zone ). Proses step
expand ini membutuhkan waktu cukup lama.
Tube yang tebal, tingkat
keausan alat tidak dapat dikontrol sehingga pemakaian alat dan consumable-nya
cukup boros tidak effisien.
Assumsi pengerollan :
Assumsi expansion dari
beberapa manufacture tube expander ( disimpulkan ) :
Final Tube I.D = Tube I.D + ( HS
– O.D ) + [ 2 x tube thickness x ( 2 ~ 12% ) ]
Final tube i.d = + ( - ) + [ 2 x x % ) ]
= + +
=
Keterangan :
Tube Material
Þ
Copper & Cupro Nikel 8 ~ 10 % ( dilapangan
bisa mencapai expansion s/d 12 % )
Þ
Steel, Carbon Steel & Admiralty Brass 7 ~ 8
% ( dilapangan bisa mencapai expansion s/d 10 % )
Þ
Stainless Steel & Titanium 4 ~ 5 % ( dilapangan
bisa mencapai expansion s/d 8 % )
Þ
Assumsi pengerollan tersebut diatas bukan suatu
rumusan yang baku, perhitungan tersebut diatas adalah hasil pengalaman
perorangan dan dummy dari pabrik-pabrik pembuat tube expander.
Þ
Dimensi hole tubesheet dan dimensi tube o.d
dianjurkan memiliki clearance 0 s/d 0,25 mm. fungsinya untuk menjaga structure
tube, tubesheet dalam menjaga penipisan dinding tube saat rolling sehingga
tidak terlalu banyak berubahan tructure pada tube dan tubesheet karena
perubahan structure rentan corrosion dilokasi expansion zone terutama
di-transition zone.
Þ
Dilapangan pada saat re-tubing ( stub dan tube
keluar ) sering dijumpai hole tubesheet yang sudah over size bahkan opal
sehingga assumsi persentasi expansion jadi naik ( transition zone jadi lebih
kritis ).
Þ
Apabila terjadi hole tubesheet yang over size :
jika tube thickness sangat tipis kurang dari 1 mm, alangkah baiknya di sleeve
atau dilapisi sim.
Þ
Expansion zone terkadang tidak diperhatikan
fungsinya ( perencanaan wall tubesheet thickness ada tujuan ), terkadang
contractor tidak meninjau kearah itu. Misalkan tubesheet dengan tebal 150 mm
dimaksudkan agar mampu menahan pressure tinggi, tetapi terkadang culup di
expand ujungnya saja dengan alasan toh akan di back up oleh weld ( sebagai seal
).
Þ
Perubahan structure, dimensi tube dan tubesheet
dalam penerapan expansion menggunakan methoda mechanical rolling sering
diabaikan ( secara mechanis terjadi hardener ).
Þ
Expansion zone alangkah baiknya tepat (
sepanjang ketebalan tubesheet ), atau ± 5% dari ketebalan tubesheet.
Þ
Ada beberapa manufacture yang meng-expand tube
pada baffle plate ( support plate ) umumnya pada jenis tube I.E Thread. Proses
re-tubing biasanya terjadi kendala tube akan putus ditengah sehingga
alternative pengerjaannya di sleeve ( menambah ketebalan tube ), atau dengan
cara pembedahan drum guna memperlancar proses pengerjaan re-tubing.
Subscribe to:
Posts (Atom)